SRAGEN (Persepsi.co.id) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sragen mulai melakukan rapid test massal di 20 kecamatan. Tes cepat yang diawali di wilayah Kecamatan Sambirejo, Senin (1/6/2020) guna mengetahui gambaran persebaran virus corona di Sragen secara komprehensif.
Pada hari pertama, tim dari Dinkes Sragen mengambil 289 sampel yang lokasinya dipusatkan di 4 titik Balai Desa Blimbing, Sambi, Kadipiro dan Musuk. Dengan hasil, satu orang dinyatakan reaktif sementara 288 lainnya non reaktif berdasarkan hasil uji labkesda dinkes Sragen.
Pengambilan sampel darah disaksikan langsung Bupati Srgaen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati didampingi sejumlah pejabat dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen.
“Mulai hari ini kami akan melakukan rapid test untuk warga Sragen yang tersebar di 20 kecamatan. Setiap kecamatan itu nanti membutuhkan waktu sehari. Jadi untuk 20 kecamatan butuh waktu 20 hari. Rapid test itu dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata secara komprehensif situasi Covid-19 di Sragen sebelum diberlakukan kenormalan baru (new normal),” terang Bupati Sragen.
Rapid Tes tersebut akan dilaksanakan secara bergelombang dengan sasaran antara lain sebanyak ± 250 sampel per kecamatan.
“Sasaran rapid tes ini, diutamakan orang – orang beresiko seperti, Pedagang dan pengunjung pasar, Tokoh masyarakat, Relawan Covid-19 Desa, Pelaku Perjalanan, Swalayan/Toserba, Pertokoan, Ibu hamil yang beresiko tinggi atau kontak erat dengan PP, tokoh lintas agama, hingga Tenaga Kesehatan resiko tinggi,” papar Bupati.
Bupati berharap semua sampel yang diambil di 20 kecamatan itu juga hasilnya non-reaktif.
“Setelah diketahui gambaran Sragen secara komprehensif dan angka kasus Covid-19 bisa nol, maka status kejadian luar biasa (KLB) atau kegawatdaruratan Covid-19 bisa dicabut,” jelasnya.
Menurut Bupati, hingga saat ini respon masyarakat baik terlihat dari banyaknya warga yang mendaftar rapid test.
“Apresiasi masyarakat baik, apalagi para pelaku perjalanan membutuhkan surat sehat yang melampirkan hasil rapid test. Ini juga menjawab pertanyaan masyarakat kenapa rapid test di rumah sakit harus bayar, sedangkan di sini tidak,” ungkap Bupati Yuni.
Bupati mengatakan bahwa Rapid test massal yang diselenggarakan di 20 kecamatan ini merupakan bantuan dari pemerintah kabupaten karena alatnya dibeli dengan menggunakan dana APBD.
“Karena rumah sakit tidak mendapatkan bantuan rapid test sehingga masyarakat harus mengganti biaya test kit. Karena ini dibeli dari APBD maka untuk para warga gratis,” jelas Bupati.
“Ini rapid test yang kita beli dari APBD yang memang digunakan untuk melihat sebaran covid-19 Harapannya satu persen dari total populasi penduduk Sragen bisa kita lakukan checking,” lanjutnya.
Saat ini, Pemkab Sragen menyediakan 3.000 unit rapid test. Tak hanya itu, Pemkab juga sudah memesan sebanyak 5.000 unit rapid test untuk memenuhi kebutuhan dengan minimal 10.000 sampel dari seluruh wilayah di Sragen.
“Kita ambil sampel darah, nanti diproses di labkesda. Kalau hanya cek sebenarnya satu jam saja bisa, tapi yang kita siapkan kan bukan hanya hasilnya. Kita siapkan surat sehat, administrasinya. Besok kita serahkan ke peserta test,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, dr. Hargiyanto menyatakan total peserta rapid test di Kecamatan Sambirejo mencapai 289 orang. Hasilnya satu orang dinyatakan reaktif.
“Total kita ambil 289 sampel dari beberapa desa di Kecamatan Sambirejo. Hasilnya satu orang reaktif, sementara sisanya negatif. Untuk yang reaktif akan segera kita tindak lanjuti dengan swab dan keluarganya hari ini juga menjalani rapid test,” jelas dr. Hargiyanto.
“Satu orang reaktif tersebut pernah menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan merupakan Pelaku Perjalanan (PP) dari Jakarta 2 bulan yang lalu,” pungkasnya.(MY_DISKOMINFO)