Susah Sinyal, Kadindik Ponorogo : BDR Daring Tidak Perlu Dipaksakan

 

PONOROGO (Persepsi.co.id- Belajar dari Rumah (BDR) sebagai langkah antisipasi penularan covid-19 tidak harus dipaksakan dilakukan secara daring (dalam jejaring/online). Pada daerah-daerah yang mengalami kesulitan sinyal untuk melakukan BDR secara daring, maka pembelajaran bisa dilakukan secara luring (luar jejaring/offline).

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Endang Retno Wulandari, Senin (13/7/2020) mengatakan, di Ponorogo memang ada daerah-daerah yang tidak terjangkau internet. Daerah tersebut umumnya berada di daerah perbukitan dan daerah-daerah pinggiran Ponorogo.

Misalnya beberapa daerah di Kecamatan Slahung, Kecamatan Sampung, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Sawoo dan Kecamatan Sooko.

 

Kadindik Ponorogo Endang Retno saat mencoba fasilitas cuci tangan di SMPN 5 Ponorogo.

“Untuk yang kesulitan BDR secara online karena keterbatasan atau kesulitan sinyal, maka ada beberapa solusi yang bisa dilakukan. Termasuk di antaranya BDR luring (luar jejaring). Intinya, keterbatasan yang ada tidak boleh menghambat program kita dalam memfasilitasi anak untuk bersekolah,” ungkap Retno.

Dikatakannya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pembelajaran luring ini. Dalam catatannya, sekolah-sekolah telah membuat beberapa solusi alternatif pembelajaran luring ini. Di antaranya adalah pembentukan grup pada aplikasi WhatsApp. Grup pada aplikasi perpesanan ini dinilai cukup mudah dan tidak membutuhkan sinyal yang terlalu kuat. Dengan begitu, materi belajar bisa tetap tersampaikan.

Sidak dilakukan Kadindik Ponorogo ke daerah-daerah yang ada kesulitan sinyal karena berada di daerah berbukit.

Berikutnya adalah home visiting atau kunjungan guru ke rumah siswa. Cara ini bisa dipilih selain untuk mengatasi kesulitan penyampaian materi secara daring, juga menjadi cara untuk mengawasi siswa agar tetap belajar di rumah.

Materi belajar juga bisa diberikan kepada siswa dan orang tuanya untuk dipelajari. Pada saat yang lain, orang tua juga melakukan pengambilan materi belajar ke sekolah untuk anaknya.

“Beberapa sekolah sudah dan akan melakukan pertemuan dengan para orang tua siswa. Itu untuk memetakan mana orang tua yang bisa mendukung BDR daring, mana yang tidak. Terutama karena mungkin keterbatasan sinyal, keterbatasan kepemilikan gadget, atau keterbatasan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi internet untuk BDR daring ini,” kata Retno.

Retno menyampaikan, dalam BDR ini, baik daring maupun luring, peran orang tua sangat besar untuk mendukung keberhasilan anak-anaknya dalam belajar. Orang tua tidak hanya memfasilitasi tapi juga mendampingi dan mengarahkan anak-anak dalam memahami materi maupun mengerjakan tugasnya.

“Peran orang tua penting sekali dalam membimbing dan mendampingi anak-anaknya. Jangan sampai anak-anak berkeliaran dan justru tidak belajar,”ucap Retno.

Kepala Sekolah SMPN 3 Sampung Luki Supriyatiningtyas mengatakan, meski sekolahnya berada di daerah yang berbukit, tapi ia dan para guru sudah siap untuk melaksanakan BDR daring maupun luring.

Laboratorium komputernya juga sudah disulap menjadi ruang operasional untuk pembelajaran daring oleh para guru. Untuk para guru, sudah ada pembagian tugas melakukan kunjungan rumah untuk pembagian materi maupun pemantauan terhadap para siswa.

“Kami sudah sampaikan kepada orangtua agar sepenuhnya mendukung BDR ini. Kami secara intens menyampaikan informasi kepada orang tua untuk selalu mendampingi anak-anak dalam BDR. Kami selalu mengimbau agar orang tua bisa memastikan bahwa saat BDR anak-anak tetap berada di rumah,” kata Luki. (kominfo/dist/Devi)

Sharing is Caring

Baca Juga

– Advertorial –

Berita Terpopuler