Banten Mempersiapkan Sekolah Tatap Muka

 

Serang, (persepsi.co.id) – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Tabrani, mengatakan sejumlah sekolah di Banten sudah mempersiapkan protokol kesehatan untuk persiapan sekolah tatap muka langsung.

Kata Tabrani, ,pekan lalu,  ia bersama dengan jajarannya mengecek kondisi kesiapan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka. Diantara sekolah yang dicek adalah, SMAN 2 Tangerang Selatan dan SMKN 7 Kota Serang.  Menurutnya, dimasing-masing sekolah sudah memiliki wastafel di setiap sudut sekolah dan ruang belajar.Tempat kursi dan meja pun telah diatur .Diyakini kesiapan sekolah sudah mencapai 90 persen. “Minggu kemarin kami sudah ke SMAN 2 Tangsel dan  ke SMKN 7 Kota Serang. Semuanya sudah dipersiapkan untuk sewaktu-waktu terjadi belajar tatap muka,”  jelas Tabrani.

Namun, kata Tabrani, pelaksanaan tatap muka langsung masih menunggu rekomendasi dari Satgas Covid-19 Provinsi Banten .Pihaknya tidak ingin terburu-buru membuka sekolah, sehingga nantinya terjadi permasalahan yakni klaster baru dalam dunia pendidikan. “Apabila memang Satgas sudah merekomendasikan untuk diperbolehkan belajar tatap muka, maka kita akan lakukan secara bertahap,” tegasnya.

Saat ini pemerintah dan masyarakat tengah dihadapkan pada dua pilihan yakni menjaga kesehatan atau tidak bertemu tetapi ada belajar daring. Dan ia meminta kepada para orangtua dan siswa agar tetap sabar menunggu, ketimbang harus mengorbankan untuk belajar secatatap muka yang jauh

berisiko tinggi kepada anak-anak. Tabrani kembali megingatkan, bahwa  pelaksanan sekolah tatap muka khususnya SMA/SMK di Provinsi Banten masih menunggu rekomendasi dari Satgas COVID-19.

Namun, jika ada orang tua yang tidak setuju metode tatap muka muka karena takut terpapar virus, mereka bisa mengajukan permohonan ke pihak sekolah. “Boleh saja (tatap muka) tidak setuju, anaknya minta daring kita akan komunikasikan dengan pihak sekolah,” kata Tabrani.

Dirinya  tidak menampik beratnya PJJ. Meskipun dibuat secara nyaman, pihaknya tak menampik terdapat siswa yang merasa kurang nyaman dan menginginkan secara tatap muka. “Ini memang dilematis, akan tetapi kan tetap harus diambil keputusan tetap, artinya ketika memang kekhawatiran cluster itu lebih tinggi maka belajar daring akan jauh lebih baik dari pada anak dipaksakan belajar tatap muka akhirnya nanti akan menimbulkan persoalan,” tegasnya.

Kata dia, pembelajaran secara daring (dalam jaringan) memang menuai polemik, dan hal tersebut bukan terjadi hanya di Banten melainkan di seluruh wilayah Indonesia. Ia memahami kondisi para orangtua yang kesulitan dalam mengajarkan para anak dalam proses pembelajaran daring. “Oleh karenanya untuk belajar tatap muka, saya tetap menunggu rekomendasi dari Satgas Covid-19,” katanya.

Karena itu, Tabrani mengingatkan kepada para guru dan pihak sekolah tidak memberatkan para siswa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal tersebut dikatakan oleh dirinya, mengingat belakangan ini terjadi kasus bunuh diri yang dilakukan siswa karena dampak dari beratnya sistem PJJ. Meski begitu, lanjutnya, sampai saat ini,  di Banten belum ada laporan pelajar yang mengalami tekanan berupa ketidaknyamanan apalagi bunuh diri akibat pelaksanaan belajar daring. “Caranya, jangan ada siswa yang dijejali oleh tugas-tugas yang mungkin siswa tersebut sudah tidak mampu lagi,” ujarnya. (Adv)

Sharing is Caring

Baca Juga

– Advertorial –

Berita Terpopuler