persepsi.co.id— Pencopotan Dr. Mawardi Siregar, MA dari jabatannya sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Langsa menuai kontroversi. Mawardi menilai, keputusan yang diambil Rektor IAIN Langsa bersifat sepihak dan terkesan sudah dirancang sebelumnya.
Proses pencopotan yang berlangsung cepat dan tanpa melalui mekanisme yang jelas, membuat Mawardi menuding adanya agenda tersembunyi di balik keputusan tersebut. “Ada kejanggalan dalam proses ini, karena keputusan penonaktifan yang diambil dalam rapat pimpinan hari Senin (14/10) tiba-tiba berubah menjadi rotasi jabatan tanpa ada penjelasan yang memadai,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (17/10).
Pada rapat yang dihadiri oleh Rektor, para Wakil Rektor, Kepala Biro, serta dekan dan pejabat lainnya, diputuskan bahwa Mawardi akan dinonaktifkan sementara untuk menjalani investigasi terkait dugaan pelanggaran yang diadukan mahasiswa. Namun, sehari setelah keputusan tersebut, Rektor langsung melantik dekan definitif yang baru, tanpa menunggu hasil investigasi dari tim independen yang dibentuk.
Mawardi mengungkapkan bahwa ia tidak pernah menerima surat resmi terkait penonaktifan dirinya. “Saya menduga, proses ini memang sudah diatur sejak awal. Ada indikasi kuat bahwa orang yang akan menggantikan saya sudah disiapkan jauh-jauh hari,” kata Mawardi.
Dia juga menyesalkan langkah Rektor yang dianggapnya terburu-buru dan tidak profesional. Menurutnya, langkah ini bisa merusak reputasi IAIN Langsa yang selama ini telah dibangun dengan baik oleh rektor-rektor sebelumnya.
Mawardi mendesak Kementerian Agama serta pihak terkait untuk turun tangan mengevaluasi keputusan Rektor IAIN Langsa.
“Ini adalah bentuk manajemen ketakutan dan emosionalisme. Lembaga sebesar IAIN Langsa jangan dibiarkan dikelola dengan cara seperti ini. Perlu ada penanganan dari pihak yang lebih kompeten,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Rektorat IAIN Langsa belum memberikan komentar resmi terkait tudingan tersebut.(Dikutip dari: sinarinfo.com)